Selasa, 21 Februari 2012

Empati Telah Hilang dari Diri Kita?

Empat tahun yang lalu, setiap senin pagi saya harus kembali dari rumah saya di Lamongan menuju ke proyek tempat saya bekerja di Surabaya, Tidak biasanya saya menumpang komuter jurusan Lamongan - Surabaya, kalau ndak salah saat itu sepeda motor yang biasa saya pakai lagi dipinjam kerabat saya. Kereta saat itu begitu penuh lebih banyak penumpang yang berdiri daripada yang kebagian tempat duduk, sayapun harus rela bergelantungan juga, senasib dan sepenanggungan. Penumpangnya bervariasi pria dan wanita mulai dari mahasiswa, pekerja pabrik, pedagang atau kuli bangunan seperti saya ini.

Ketika sedang bergelantungan, di depan saya seorang ibu setengah baya sambil menggendong bayinya meminta kesediaan kepada seseorang laki-laki agar mau berdiri memberikan tempat duduk kepadanya. Saya sungguh terkejut dengan cueknya si laki-laki itu tak menghiraukannya, dan anehnya lagi banyak laki-laki lain yang duduk melihat kejadian itu dan sudah diingatkan oleh beberapa orang yang berdiri tak mau memberikan tempat duduk bagi ibu itu.

Kejadian itu sekarang menggugah perasaan saya, siapa yang seharusnya dikasihani? Mereka yang tak memiliki empati ataukah orang yang tak mendapatkan empati?

Tapi saya berpikir lebih baik berprasangka yang baik, mungkin mereka enggan berbagi dan berempati karena beratnya menanggung tekanan hidup dan ekonomi, sehingga mereka berpikir "Untuk sendiri saja susah, gimana mau berbagi dengan orang lain,"

Namun ketika saya melihat berita di tv mengenai kasus renovasi ruang Banggar DPR dengan biaya 20 milliar dan renovasi toiletnya hingga 2 milliar, padahal tidak sedikit rakyat Indonesia berumahkan kardus dan tidur beralaskan koran, Pikiran saya berubah mengenai rasa empati.

Hilangnya kasih sayang atau empati terhadap sesama tak ada hubungannya dengan tekanan hidup atau ekonomi, wakil rakyat kita yang sudah sejahtera secara ekonomi, ternyata dengan mudah membuat kebijakan yang jauh dari empati terhadap rakyatnya sendiri.

Valentine Day telah berlalu sekitar seminggu yang lalu, orang-orang merayakannya sebagai hari kasih sayang, namun apa efeknya bagi kehidupan sosial kita?, Saya merasa di negeri kita tercinta sekarang rasa empati dan kasih sayang semakin langkah dan hampir punah.

Mungkin kita harus mulai dari diri sendiri, melakukan introspeksi diri, kembali ke ajaran agama kita, memaksa diri kita melakukan proses konsisten melatih jiwa kita, mengasah hubungan dengan Allah dan sesama. Bisa jadi diri kita mempunyai andil dalam punahnya empati dan rasa kasih sayang di negeri ini. 

Silahkan dibaca juga:

2 komentar:

Komentar saja ndak usah bayar, silahkan...monggo