Seorang teman sering mengeluh tentang kebutuhannya yang lebih gede daripada penghasilannya dalam sebulan, saya yang dicurhatin semakin lama tambah ndak respect, kalau sudah mulai curhat ujung-ujungnya minta dipinjami uang, alasannya sama buat beli susu anaknya.
Sebenarnya sih saya ndak masalah kalau pinjam uang, yang penting dikembalikan. Tapi temen saya satu ini, boro-boro ngelunasi utangnya, ngasih penjelasan kenapa ndak bisa bayar aja ndak pernah. Padahal kalau dia mau minta maaf karena belum bisa bayar, saya ini legowo walaupun ndak dikembalikan sekalipun.
Oh ya, dibanding dengan saya yang sama-sama kuli bangunan mungkin penghasilan dia ndak jauh beda. Yang bikin beda adalah dia itu perokok, ndak satu kali dua kali saya ngasih nasehat untuk berhenti merokok, tapi ndak direken nggak digubris, paling-paling dijawab "sulit mas ninggalin kebiasaan ini" atau "halah mas sehari cuma satu bungkus saja kok", Dalam hati saya misuh-misuh "satu bungkus cuma?,jiaaancuk astaghfirullah...buat ngisap asap saja mau ngeluarin uang 300 ribu rupiah setiap bulannya, sedang susu untuk anaknya, bingung pinjem sana pinjem sini, dobol...".
Saya juga pernah memberikan gambaran beda perokok dan yang tidak ngerokok ke teman saya ini, "Kalau kamu sehari menghabiskan sebungkus rokok yang harganya rata-rata 10 ribu saja, sebulan kamu sudah membakar uang 300 ribu sebulan, kalau setahun? 300 ribu x 12 bulan sama dengan 3,6 juta, sedangkan kamu sudah ngerokok hampir 10 tahun lebih, sudah berapa uang yang kamu buang, bos? 36 juta lebih'kan, harusnya dengan uang segitu kamu sudah bisa dipanggil Wak Kaji, ya tho? atau bisa kamu buat DP rumah baru yang selama ini kamu idamkan atau juga buat nambahin modal usahamu, bener nggak?".
Tapi ternyata semua nasehat saya hanya sebuah kalimat yang tidak bermakna buat dia, masih saja ngerokok....., sekarang saya hanya bisa bilang, "sorry bos, saya ndak punya uang", ketika kemarin dia berusaha pinjem lagi ke saya.
Sebenarnya sih saya ndak masalah kalau pinjam uang, yang penting dikembalikan. Tapi temen saya satu ini, boro-boro ngelunasi utangnya, ngasih penjelasan kenapa ndak bisa bayar aja ndak pernah. Padahal kalau dia mau minta maaf karena belum bisa bayar, saya ini legowo walaupun ndak dikembalikan sekalipun.
Oh ya, dibanding dengan saya yang sama-sama kuli bangunan mungkin penghasilan dia ndak jauh beda. Yang bikin beda adalah dia itu perokok, ndak satu kali dua kali saya ngasih nasehat untuk berhenti merokok, tapi ndak direken nggak digubris, paling-paling dijawab "sulit mas ninggalin kebiasaan ini" atau "halah mas sehari cuma satu bungkus saja kok", Dalam hati saya misuh-misuh "satu bungkus cuma?,
Saya juga pernah memberikan gambaran beda perokok dan yang tidak ngerokok ke teman saya ini, "Kalau kamu sehari menghabiskan sebungkus rokok yang harganya rata-rata 10 ribu saja, sebulan kamu sudah membakar uang 300 ribu sebulan, kalau setahun? 300 ribu x 12 bulan sama dengan 3,6 juta, sedangkan kamu sudah ngerokok hampir 10 tahun lebih, sudah berapa uang yang kamu buang, bos? 36 juta lebih'kan, harusnya dengan uang segitu kamu sudah bisa dipanggil Wak Kaji, ya tho? atau bisa kamu buat DP rumah baru yang selama ini kamu idamkan atau juga buat nambahin modal usahamu, bener nggak?".
Tapi ternyata semua nasehat saya hanya sebuah kalimat yang tidak bermakna buat dia, masih saja ngerokok....., sekarang saya hanya bisa bilang, "sorry bos, saya ndak punya uang", ketika kemarin dia berusaha pinjem lagi ke saya.
Sorry ya friend........
saya saja kalau tidak inget kalau ibu saya ngga suka sama orang ngerokok, dan bahayanya rokok, mungkin juga akan ngerokok, soalnya ngerokok kesannya keren
BalasHapusSaya dulunya juga pernah ngerokok, saat SMP kelas tiga mulai belajar hisap satu dua batang rokok, tapi setelah ketahuan emak, saya berhenti...selepas itu saat di pesantren keinginan untuk ngerokok itu ada lagi dan memang saya sempat ngerokok selama tiga bulan, sebelum akhirnya saya sakit radang tenggorokan parah..inilah yang membuat saya berhenti ngerokok sampai sekarang
Hapus